MALAM LAILATUL QADAR
Malam Lailatul Qadar adalah malam
istimewa yang terjadi pada bulan Ramadan dan dianggap sebagai malam penuh
berkah. Malam ini disebut dalam Al-Qur’an sebagai malam yang lebih baik dari
seribu bulan. Allah SWT menyebutkan Lailatul Qadar secara khusus dalam Surah
Al-Qadr:
"Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu
apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu
bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin
Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai
terbit fajar." (QS. Al-Qadr: 1-5)
Keistimewaan
Lailatul Qadar
1.
Lebih Baik dari
Seribu Bulan:
o
Malam Lailatul
Qadar lebih baik dari seribu bulan, atau sekitar 83 tahun. Artinya, ibadah yang
dilakukan pada malam ini memiliki nilai pahala yang setara dengan ibadah yang
dilakukan selama seribu bulan. Ini menunjukkan betapa besar keutamaan malam
ini.
2.
Turunnya
Malaikat:
o
Pada malam ini,
para malaikat, termasuk Malaikat Jibril, turun ke bumi untuk membawa ketenangan
dan kesejahteraan serta mendoakan kebaikan bagi orang-orang yang beribadah.
3.
Diberikannya
Ampunan:
o
Dalam sebuah
hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan
mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Waktu
Terjadinya Lailatul Qadar
Lailatul Qadar terjadi pada malam-malam ganjil di
sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, sebagaimana disabdakan oleh Nabi SAW:
"Carilah Lailatul Qadar di malam-malam ganjil
dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Para ulama menyebutkan bahwa malam ini tidak diketahui
dengan pasti tanggalnya untuk mendorong umat Islam agar bersungguh-sungguh
beribadah pada sepuluh hari terakhir Ramadan, terutama pada malam-malam ganjil
(21, 23, 25, 27, dan 29).
Tanda-Tanda
Lailatul Qadar
Beberapa tanda Lailatul Qadar yang disebutkan dalam
hadis adalah:
1.
Suasana Malam
yang Tenang: Malam Lailatul Qadar ditandai dengan ketenangan,
tanpa adanya angin kencang atau suara-suara yang mengganggu.
2.
Pagi Hari yang
Tenang dan Sejuk: Pagi hari setelah Lailatul Qadar, sinar matahari
terlihat lebih lembut, tidak menyilaukan seperti biasanya. Rasulullah SAW
bersabda:
“Pada pagi hari dari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar yang
kuat.” (HR. Muslim)
Pandangan Ulama
tentang Lailatul Qadar
Para ulama memiliki pandangan yang beragam tentang
Lailatul Qadar:
- Imam Syafi’i menyatakan bahwa Lailatul Qadar kemungkinan
besar jatuh pada malam ke-21 atau ke-23.
- Imam Malik dan Imam Hanbali lebih condong kepada
malam ke-27, berdasarkan beberapa riwayat sahabat.
- Imam Abu Hanifah menekankan bahwa malam
Lailatul Qadar bisa terjadi di malam-malam ganjil pada sepuluh hari
terakhir Ramadan tanpa memastikan tanggal tertentu.
Contoh Kisah
tentang Lailatul Qadar
- Kisah Nabi Muhammad SAW dalam Menantikan Lailatul Qadar: Dalam beberapa riwayat, Nabi SAW sangat menghidupkan malam-malam
sepuluh hari terakhir Ramadan. Beliau memperbanyak shalat, membaca
Al-Qur’an, dan beriktikaf di masjid. Hal ini dilakukan untuk meraih
Lailatul Qadar.
- Kisah Sahabat: Para sahabat Nabi juga
mengikuti jejak beliau dengan menghabiskan waktu sepuluh hari terakhir
untuk beribadah dengan sungguh-sungguh. Utsman bin Affan RA, salah satu
sahabat Nabi, dikenal mengkhatamkan Al-Qur'an pada malam-malam sepuluh
terakhir Ramadan.
Amalan yang
Dianjurkan pada Malam Lailatul Qadar
1.
Shalat Malam
(Qiyamullail): Mendirikan shalat pada malam Lailatul Qadar sangat
dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda bahwa barangsiapa yang mendirikan shalat
pada malam Lailatul Qadar, dosanya akan diampuni.
2.
Membaca
Al-Qur’an: Membaca dan mentadabburi Al-Qur’an sangat
disunnahkan.
3.
Memperbanyak
Doa: Rasulullah SAW menganjurkan untuk memperbanyak doa.
Salah satu doa yang diajarkan beliau adalah:
"اللهم إنك عفو تحب العفو
فاعف عني"
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau menyukai
pemaafan, maka ampunilah aku." (HR. Tirmidzi)
4.
Iktikaf: Banyak ulama menganjurkan untuk beriktikaf di masjid selama sepuluh hari
terakhir bulan Ramadan sebagai cara mencari Lailatul Qadar.
Iktikaf adalah ibadah
yang dilakukan dengan cara berdiam diri di masjid, khususnya pada sepuluh hari
terakhir bulan Ramadan, dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ibadah
ini termasuk sunnah muakkad yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Iktikaf
dapat dilakukan kapan saja, namun ia sangat ditekankan pada bulan Ramadan,
terutama di sepuluh hari terakhir untuk mencari malam Lailatul Qadar.
Rukun Iktikaf
Agar iktikaf sah dan diterima, terdapat beberapa rukun
yang harus dipenuhi:
1.
Niat:
o
Iktikaf harus
diawali dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Niat iktikaf
termasuk rukun karena merupakan penentu tujuan dari perbuatan tersebut.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya setiap amal itu bergantung pada niatnya..." (HR.
Bukhari dan Muslim).
o
Niat dilakukan
dalam hati, seperti, “Saya berniat iktikaf karena Allah SWT.”
2.
Dilakukan di
Masjid:
o
Iktikaf hanya
sah jika dilakukan di masjid, sesuai dengan firman Allah SWT:
"Dan janganlah kamu mencampuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf
dalam masjid." (QS. Al-Baqarah: 187).
o
Masjid di sini
biasanya mengacu pada masjid tempat shalat berjamaah dan khususnya masjid yang
dipakai untuk shalat Jumat.
3.
Diam di Masjid:
o
Orang yang
beriktikaf harus berdiam di masjid, tidak boleh keluar kecuali untuk keperluan
mendesak seperti makan atau buang hajat. Berdiam ini menunjukkan kesungguhan
dalam memutus hubungan dengan dunia luar demi mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
Sunnah-Sunnah
Iktikaf
Ada beberapa sunnah yang dianjurkan dalam melakukan
iktikaf, di antaranya:
1.
Memperbanyak
Ibadah:
o
Dianjurkan
untuk memperbanyak ibadah selama iktikaf, seperti shalat sunnah, membaca
Al-Qur’an, berzikir, berdoa, dan beristighfar. Rasulullah SAW dikenal sangat
memperbanyak ibadah pada sepuluh hari terakhir Ramadan.
2.
Menghidupkan
Malam Lailatul Qadar:
o
Pada sepuluh
malam terakhir Ramadan, dianjurkan untuk mencari malam Lailatul Qadar dengan
beribadah lebih giat lagi. Rasulullah SAW bersabda:
“Carilah Lailatul Qadar di sepuluh hari terakhir Ramadan.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
3.
Iktikaf pada
Sepuluh Hari Terakhir Ramadan:
o
Meskipun
iktikaf bisa dilakukan kapan saja, iktikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadan
adalah sunnah muakkad. Aisyah RA berkata:
“Rasulullah SAW selalu beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan
sampai beliau wafat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
4.
Menjaga
Kebersihan dan Kerapihan:
o
Dalam
beriktikaf, seseorang harus tetap menjaga kebersihan, karena masjid adalah
tempat suci.
5.
Meninggalkan
Hal-Hal Duniawi:
o
Selama iktikaf,
sebaiknya tidak membicarakan urusan duniawi atau terlibat dalam aktivitas yang
tidak ada manfaatnya bagi akhirat.
Hal-Hal yang
Membatalkan Iktikaf
Beberapa hal yang bisa membatalkan iktikaf di
antaranya adalah:
1.
Keluar dari
Masjid tanpa Keperluan Darurat:
o
Jika seseorang
keluar dari masjid tanpa alasan yang diperbolehkan seperti untuk buang hajat,
makan, atau keperluan lain yang mendesak, maka iktikafnya batal. Keluar untuk
urusan yang tidak mendesak dianggap membatalkan iktikaf.
2.
Berhubungan
Suami Istri:
o
Berhubungan
suami istri selama iktikaf dilarang dan membatalkan iktikaf, sesuai dengan
firman Allah SWT:
"Dan janganlah kamu mencampuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf
dalam masjid." (QS. Al-Baqarah: 187).
3.
Haid dan Nifas
bagi Wanita:
o
Iktikaf batal jika
wanita mengalami haid atau nifas, karena salah satu syarat iktikaf adalah suci
dari hadas besar.
4.
Murtad atau
Keluar dari Islam:
o
Jika seseorang
murtad (keluar dari Islam), maka iktikafnya otomatis batal, karena iktikaf
adalah ibadah yang hanya bisa dilakukan oleh seorang Muslim.
Contoh Praktik
Iktikaf
- Contoh dari Nabi Muhammad SAW:
Rasulullah SAW selalu mengisi waktu iktikaf dengan beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah. Beliau tidak hanya berdiam diri tetapi juga
melakukan shalat, membaca Al-Qur’an, dan berzikir sepanjang malam.
- Contoh dari Sahabat:
Sahabat-sahabat Nabi seperti Umar bin Khattab RA juga melakukan iktikaf.
Mereka mengikuti tuntunan Nabi dan mengisi waktu dengan ibadah penuh.
Para ulama juga memberikan panduan bagi orang yang ingin
beriktikaf agar mengisi waktu iktikaf dengan ibadah yang maksimal dan tidak
disibukkan oleh hal-hal duniawi.
إِنَّا أَنزَلْنَهُ فِي
لَيْلَةِ الْقَدْرِ ، وَمَا اَدْريكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ
خَيْرُ مِنَ الْفِ شَهْرٍ .
Ayat yang Anda berikan adalah bagian dari Surah
Al-Qadr (Q.S. Al-Qadr: 1-3). Berikut adalah tafsir dari ayat-ayat tersebut:
Teks Ayat
1.
إِنَّا أَنزَلْنَهُ فِي
لَيْلَةِ الْقَدْرِ
o
"Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan (Lailatul
Qadar)."
2.
وَمَا أَدْرَاكَ مَا
لَيْلَةُ الْقَدْرِ
o
"Dan
tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?"
3.
لَيْلَةُ الْقَدْرِ
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
o
"Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan."
Tafsir Ayat
1.
إِنَّا أَنزَلْنَهُ فِي
لَيْلَةِ الْقَدْرِ (Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya pada malam kemuliaan):
o
Allah SWT
menyatakan bahwa Al-Qur'an diturunkan pada malam Lailatul Qadar. Lailatul Qadar
adalah malam yang sangat istimewa dan penuh berkah, yang terjadi di bulan
Ramadan. Menurut banyak ulama, malam Lailatul Qadar adalah malam di mana
Al-Qur'an diturunkan secara keseluruhan ke langit dunia, kemudian secara
bertahap diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun.
o
Malam ini
merupakan malam yang diberkahi, sebagaimana disebutkan juga dalam Surah
Ad-Dukhan ayat 3, "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkahi."
2.
وَمَا أَدْرَاكَ مَا
لَيْلَةُ الْقَدْرِ (Dan tahukah kamu apakah malam
kemuliaan itu?):
o
Pada ayat ini,
Allah SWT menunjukkan keagungan dan kemuliaan malam Lailatul Qadar dengan
bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, "Tahukah kamu apa itu malam
kemuliaan?" Pertanyaan ini bertujuan untuk menekankan betapa luar biasanya
malam tersebut dan agar manusia menyadari nilai dan kedudukannya yang tinggi.
3.
لَيْلَةُ الْقَدْرِ
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (Malam kemuliaan itu lebih baik
dari seribu bulan):
o
Ayat ini
menjelaskan bahwa beribadah pada malam Lailatul Qadar lebih baik daripada
beribadah selama seribu bulan. Seribu bulan setara dengan sekitar 83 tahun 4
bulan, atau hampir seumur hidup manusia. Artinya, pahala beribadah di malam ini
sangat besar dan lebih utama daripada beribadah di waktu lain.
o
Ini menunjukkan
rahmat Allah SWT yang besar, yang memberikan umat Nabi Muhammad SAW kesempatan
untuk meraih pahala yang melimpah dalam waktu yang singkat. Maka dari itu,
malam Lailatul Qadar sangat dinantikan oleh umat Muslim setiap tahunnya di
bulan Ramadan, terutama di sepuluh malam terakhir, karena Allah SWT
merahasiakan waktu pastinya agar umat Islam bersungguh-sungguh mencarinya.
Makna dan Hikmah
Lailatul Qadar
1.
Keutamaan
Beribadah di Malam Lailatul Qadar:
o
Pada malam
Lailatul Qadar, segala amal kebaikan dan ibadah yang dilakukan akan mendapatkan
pahala yang berlipat ganda. Dengan kata lain, ibadah di malam tersebut memiliki
nilai yang luar biasa di sisi Allah SWT.
2.
Kedatangan Para
Malaikat:
o
Malam Lailatul
Qadar merupakan malam turunnya para malaikat, sebagaimana disebutkan dalam ayat
selanjutnya di Surah Al-Qadr (ayat 4), “Pada malam itu turun malaikat-malaikat
dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.”
3.
Pengampunan
Dosa:
o
Rasulullah SAW
bersabda:
"Barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan
mengharapkan pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu." (HR. Bukhari dan Muslim).
Contoh
Pengamalan
- Menghidupkan Malam Lailatul Qadar:
- Di sepuluh malam terakhir Ramadan, umat Muslim
dianjurkan untuk meningkatkan ibadah seperti shalat malam, membaca
Al-Qur'an, berzikir, dan berdoa. Rasulullah SAW biasanya melakukan
iktikaf di masjid pada sepuluh hari terakhir Ramadan untuk menghidupkan
malam-malam tersebut.
Pandangan Ulama
Menurut sebagian besar ulama, malam Lailatul Qadar
jatuh di malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Pendapat
ini didasarkan pada hadits Nabi SAW yang mengatakan:
"Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari
sepuluh malam terakhir Ramadan." (HR. Bukhari dan Muslim).
Malam Lailatul Qadar adalah kesempatan besar bagi umat
Islam untuk meraih pahala yang melimpah dan rahmat Allah SWT, sehingga penting
untuk berusaha sebaik mungkin dalam beribadah dan memohon ampunan serta
ridha-Nya di malam yang penuh berkah ini.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ كَانَ مُتَجَزِيهَا
فَلْيَتَحَرَّهَا لَيْلَة سَبْع وَعِشْرِينَ . رواه أحمد باسناد صحيح
Hadits ini diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang ingin mencari (Lailatul Qadar),
hendaklah ia mencarinya pada malam dua puluh tujuh (27) Ramadan." (HR.
Ahmad dengan sanad yang shahih).
Penjelasan
Hadits
Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW memberi
isyarat bahwa malam Lailatul Qadar kemungkinan besar jatuh pada malam ke-27
Ramadan. Namun, penting untuk diingat bahwa dalam beberapa riwayat lainnya,
Nabi SAW juga menyebutkan malam-malam ganjil lainnya di sepuluh hari terakhir
Ramadan, seperti malam ke-21, 23, 25, dan 29. Oleh karena itu, para ulama
menyimpulkan bahwa waktu Lailatul Qadar adalah rahasia Allah dan tidak
diketahui secara pasti kapan jatuhnya setiap tahun.
Para ulama menganjurkan umat Muslim untuk berusaha
mencari malam Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir
Ramadan dengan meningkatkan ibadah seperti shalat malam, membaca Al-Qur'an,
berdoa, berzikir, dan memperbanyak amal shaleh.
Hikmah dan
Rahasia Tidak Ditetapkan Secara Pasti
Tidak ditetapkannya waktu pasti Lailatul Qadar
memiliki beberapa hikmah, di antaranya:
1.
Memotivasi Umat
untuk Menghidupkan Sepuluh Hari Terakhir Ramadan: Dengan ketidakpastian malam Lailatul Qadar, umat Muslim didorong untuk memperbanyak
ibadah selama sepuluh hari terakhir, khususnya di malam-malam ganjil.
2.
Ujian
Kesungguhan Iman: Allah SWT ingin menguji siapa yang benar-benar
bersungguh-sungguh dalam mencari malam Lailatul Qadar dan beribadah dengan
penuh ketekunan.
3.
Membiasakan
Ibadah Rutin: Pencarian Lailatul Qadar dapat membiasakan umat
Muslim untuk konsisten dalam beribadah, tidak hanya bergantung pada satu malam
tertentu.
Keutamaan Malam
Lailatul Qadar
Lailatul Qadar memiliki keutamaan yang luar biasa.
Allah SWT menyebutkan dalam Al-Qur'an bahwa malam Lailatul Qadar lebih baik
daripada seribu bulan, seperti dalam Surah Al-Qadr ayat 3:
"Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu
bulan."
Ini berarti ibadah yang dilakukan pada malam tersebut
memiliki nilai pahala yang sangat besar, bahkan lebih baik dari ibadah selama
83 tahun 4 bulan.
Pandangan Para
Ulama
Sebagian ulama, seperti Imam Syafi’i, menyatakan bahwa
malam Lailatul Qadar sering jatuh pada malam ke-27 berdasarkan beberapa
riwayat, termasuk hadits di atas. Namun, mayoritas ulama tetap berpendapat
bahwa Lailatul Qadar berpindah-pindah setiap tahun dan dapat jatuh pada salah
satu dari malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan.
Kesimpulan
Hadits ini mengingatkan umat Muslim akan pentingnya
berusaha mencari malam Lailatul Qadar, terutama pada malam ke-27 Ramadan.
Namun, mengingat berbagai riwayat lainnya, umat Muslim dianjurkan untuk
menghidupkan seluruh malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan agar tidak
melewatkan malam yang penuh berkah ini.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ :
قُلْتُ يَارَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَي لَيْلَةِ لَيْلَةَ
الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قَوْلِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ
الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي رواه الخمسة غير أبي داود وصححه الترمذى
Hadits ini diriwayatkan dari Aisyah RA. Beliau
bertanya kepada Rasulullah SAW:
"Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku
mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang sebaiknya aku ucapkan di
dalamnya?" Beliau menjawab, "Katakanlah: Allahumma innaka 'afuwwun
tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf,
menyukai pemaafan, maka maafkanlah aku)." (HR. At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan
lainnya)
Penjelasan
Hadits
Hadits ini menunjukkan bahwa saat malam Lailatul
Qadar, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk memperbanyak doa memohon
ampunan kepada Allah SWT dengan mengucapkan doa tersebut. Doa ini mencerminkan
bahwa permintaan ampunan dan maaf dari Allah adalah hal yang paling utama untuk
dimohonkan, terutama di malam yang penuh berkah ini.
Dalam doa tersebut, kata 'Afuwwun (عَفُوٌّ)
merujuk pada salah satu sifat Allah SWT yang berarti "Maha Pemaaf."
Allah SWT tidak hanya mengampuni dosa, tetapi juga menghapusnya tanpa
meninggalkan bekas, seolah-olah dosa tersebut tidak pernah terjadi. Sifat ini
menunjukkan kebesaran rahmat Allah yang meliputi segala dosa, selama hamba-Nya
benar-benar bertaubat dan memohon ampunan.
Keutamaan Doa
Ini
1.
Kesederhanaan
yang Bermakna: Doa ini sangat singkat dan sederhana, namun sarat
makna. Di malam yang paling utama, Rasulullah SAW menganjurkan doa ini sebagai
pengingat agar manusia senantiasa meminta ampunan kepada Allah, karena ampunan
dan maaf dari Allah adalah hal yang paling dibutuhkan manusia.
2.
Pengakuan atas
Kekurangan Diri: Dengan memohon ampunan, seorang hamba mengakui
kelemahannya dan kebutuhannya kepada Allah. Doa ini mengajarkan sikap rendah
hati dan tunduk kepada Allah SWT.
3.
Mendekatkan
Diri kepada Allah: Dengan memperbanyak doa dan zikir di malam Lailatul
Qadar, seseorang bisa mendapatkan kedekatan khusus dengan Allah dan mendapatkan
berkah malam tersebut yang lebih baik dari seribu bulan.
Pandangan Ulama
tentang Doa ini
Para ulama menyebutkan bahwa doa ini sangat dianjurkan
diucapkan pada malam Lailatul Qadar, sebagai bentuk taubat dan permohonan ampun
yang mendalam kepada Allah SWT. Doa ini juga mengandung pengharapan agar Allah
SWT menghapuskan dosa-dosa dan menyucikan hamba-Nya dari segala kesalahan,
sebagaimana Allah mencintai sifat pemaaf yang ditunjukkan oleh hamba-Nya.
Contoh Praktik
Pada malam-malam terakhir di bulan Ramadan, khususnya
pada malam-malam ganjil, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah
seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dan berdzikir. Di sela-sela ibadah tersebut,
umat Islam juga dianjurkan untuk terus membaca doa ini dengan penuh keikhlasan
dan ketulusan hati, berharap Allah SWT menghapus dosa-dosa mereka.
Kesimpulan
Hadits ini mengajarkan bahwa pada malam Lailatul
Qadar, hal terbaik yang bisa diminta oleh seorang hamba adalah ampunan dari
Allah SWT. Doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW ini mengingatkan kita akan
sifat Allah yang Maha Pengampun dan kasih sayang-Nya yang luas. Dengan
mengamalkan doa ini, diharapkan kita mendapatkan berkah Lailatul Qadar serta
ampunan yang sempurna dari Allah SWT.
Komentar
Posting Komentar