MALAM LAILATUL QADAR

 


Malam Lailatul Qadar adalah malam istimewa yang terjadi pada bulan Ramadan dan dianggap sebagai malam penuh berkah. Malam ini disebut dalam Al-Qur’an sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah SWT menyebutkan Lailatul Qadar secara khusus dalam Surah Al-Qadr:

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadr: 1-5)

 

Keistimewaan Lailatul Qadar

1.     Lebih Baik dari Seribu Bulan:

o    Malam Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan, atau sekitar 83 tahun. Artinya, ibadah yang dilakukan pada malam ini memiliki nilai pahala yang setara dengan ibadah yang dilakukan selama seribu bulan. Ini menunjukkan betapa besar keutamaan malam ini.

2.     Turunnya Malaikat:

o    Pada malam ini, para malaikat, termasuk Malaikat Jibril, turun ke bumi untuk membawa ketenangan dan kesejahteraan serta mendoakan kebaikan bagi orang-orang yang beribadah.

3.     Diberikannya Ampunan:

o    Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Waktu Terjadinya Lailatul Qadar

Lailatul Qadar terjadi pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, sebagaimana disabdakan oleh Nabi SAW:

"Carilah Lailatul Qadar di malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Para ulama menyebutkan bahwa malam ini tidak diketahui dengan pasti tanggalnya untuk mendorong umat Islam agar bersungguh-sungguh beribadah pada sepuluh hari terakhir Ramadan, terutama pada malam-malam ganjil (21, 23, 25, 27, dan 29).

 

Tanda-Tanda Lailatul Qadar

Beberapa tanda Lailatul Qadar yang disebutkan dalam hadis adalah:

1.     Suasana Malam yang Tenang: Malam Lailatul Qadar ditandai dengan ketenangan, tanpa adanya angin kencang atau suara-suara yang mengganggu.

2.     Pagi Hari yang Tenang dan Sejuk: Pagi hari setelah Lailatul Qadar, sinar matahari terlihat lebih lembut, tidak menyilaukan seperti biasanya. Rasulullah SAW bersabda:

“Pada pagi hari dari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar yang kuat.” (HR. Muslim)

 

Pandangan Ulama tentang Lailatul Qadar

Para ulama memiliki pandangan yang beragam tentang Lailatul Qadar:

  • Imam Syafi’i menyatakan bahwa Lailatul Qadar kemungkinan besar jatuh pada malam ke-21 atau ke-23.
  • Imam Malik dan Imam Hanbali lebih condong kepada malam ke-27, berdasarkan beberapa riwayat sahabat.
  • Imam Abu Hanifah menekankan bahwa malam Lailatul Qadar bisa terjadi di malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadan tanpa memastikan tanggal tertentu.

 

Contoh Kisah tentang Lailatul Qadar

  • Kisah Nabi Muhammad SAW dalam Menantikan Lailatul Qadar: Dalam beberapa riwayat, Nabi SAW sangat menghidupkan malam-malam sepuluh hari terakhir Ramadan. Beliau memperbanyak shalat, membaca Al-Qur’an, dan beriktikaf di masjid. Hal ini dilakukan untuk meraih Lailatul Qadar.
  • Kisah Sahabat: Para sahabat Nabi juga mengikuti jejak beliau dengan menghabiskan waktu sepuluh hari terakhir untuk beribadah dengan sungguh-sungguh. Utsman bin Affan RA, salah satu sahabat Nabi, dikenal mengkhatamkan Al-Qur'an pada malam-malam sepuluh terakhir Ramadan.

 

Amalan yang Dianjurkan pada Malam Lailatul Qadar

1.     Shalat Malam (Qiyamullail): Mendirikan shalat pada malam Lailatul Qadar sangat dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda bahwa barangsiapa yang mendirikan shalat pada malam Lailatul Qadar, dosanya akan diampuni.

2.     Membaca Al-Qur’an: Membaca dan mentadabburi Al-Qur’an sangat disunnahkan.

3.     Memperbanyak Doa: Rasulullah SAW menganjurkan untuk memperbanyak doa. Salah satu doa yang diajarkan beliau adalah:

"اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني"

"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau menyukai pemaafan, maka ampunilah aku." (HR. Tirmidzi)

4.     Iktikaf: Banyak ulama menganjurkan untuk beriktikaf di masjid selama sepuluh hari terakhir bulan Ramadan sebagai cara mencari Lailatul Qadar.

 

Iktikaf adalah ibadah yang dilakukan dengan cara berdiam diri di masjid, khususnya pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ibadah ini termasuk sunnah muakkad yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Iktikaf dapat dilakukan kapan saja, namun ia sangat ditekankan pada bulan Ramadan, terutama di sepuluh hari terakhir untuk mencari malam Lailatul Qadar.

 

Rukun Iktikaf

Agar iktikaf sah dan diterima, terdapat beberapa rukun yang harus dipenuhi:

1.     Niat:

o    Iktikaf harus diawali dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Niat iktikaf termasuk rukun karena merupakan penentu tujuan dari perbuatan tersebut. Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya setiap amal itu bergantung pada niatnya..." (HR. Bukhari dan Muslim).

o    Niat dilakukan dalam hati, seperti, “Saya berniat iktikaf karena Allah SWT.”

2.     Dilakukan di Masjid:

o    Iktikaf hanya sah jika dilakukan di masjid, sesuai dengan firman Allah SWT:

"Dan janganlah kamu mencampuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid." (QS. Al-Baqarah: 187).

o    Masjid di sini biasanya mengacu pada masjid tempat shalat berjamaah dan khususnya masjid yang dipakai untuk shalat Jumat.

3.     Diam di Masjid:

o    Orang yang beriktikaf harus berdiam di masjid, tidak boleh keluar kecuali untuk keperluan mendesak seperti makan atau buang hajat. Berdiam ini menunjukkan kesungguhan dalam memutus hubungan dengan dunia luar demi mendekatkan diri kepada Allah SWT.

 

Sunnah-Sunnah Iktikaf

Ada beberapa sunnah yang dianjurkan dalam melakukan iktikaf, di antaranya:

1.     Memperbanyak Ibadah:

o    Dianjurkan untuk memperbanyak ibadah selama iktikaf, seperti shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, berzikir, berdoa, dan beristighfar. Rasulullah SAW dikenal sangat memperbanyak ibadah pada sepuluh hari terakhir Ramadan.

2.     Menghidupkan Malam Lailatul Qadar:

o    Pada sepuluh malam terakhir Ramadan, dianjurkan untuk mencari malam Lailatul Qadar dengan beribadah lebih giat lagi. Rasulullah SAW bersabda:

“Carilah Lailatul Qadar di sepuluh hari terakhir Ramadan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

3.     Iktikaf pada Sepuluh Hari Terakhir Ramadan:

o    Meskipun iktikaf bisa dilakukan kapan saja, iktikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadan adalah sunnah muakkad. Aisyah RA berkata:

“Rasulullah SAW selalu beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan sampai beliau wafat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

4.     Menjaga Kebersihan dan Kerapihan:

o    Dalam beriktikaf, seseorang harus tetap menjaga kebersihan, karena masjid adalah tempat suci.

5.     Meninggalkan Hal-Hal Duniawi:

o    Selama iktikaf, sebaiknya tidak membicarakan urusan duniawi atau terlibat dalam aktivitas yang tidak ada manfaatnya bagi akhirat.

 

Hal-Hal yang Membatalkan Iktikaf

Beberapa hal yang bisa membatalkan iktikaf di antaranya adalah:

1.     Keluar dari Masjid tanpa Keperluan Darurat:

o    Jika seseorang keluar dari masjid tanpa alasan yang diperbolehkan seperti untuk buang hajat, makan, atau keperluan lain yang mendesak, maka iktikafnya batal. Keluar untuk urusan yang tidak mendesak dianggap membatalkan iktikaf.

2.     Berhubungan Suami Istri:

o    Berhubungan suami istri selama iktikaf dilarang dan membatalkan iktikaf, sesuai dengan firman Allah SWT:

"Dan janganlah kamu mencampuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid." (QS. Al-Baqarah: 187).

3.     Haid dan Nifas bagi Wanita:

o    Iktikaf batal jika wanita mengalami haid atau nifas, karena salah satu syarat iktikaf adalah suci dari hadas besar.

4.     Murtad atau Keluar dari Islam:

o    Jika seseorang murtad (keluar dari Islam), maka iktikafnya otomatis batal, karena iktikaf adalah ibadah yang hanya bisa dilakukan oleh seorang Muslim.

 

Contoh Praktik Iktikaf

  • Contoh dari Nabi Muhammad SAW: Rasulullah SAW selalu mengisi waktu iktikaf dengan beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Beliau tidak hanya berdiam diri tetapi juga melakukan shalat, membaca Al-Qur’an, dan berzikir sepanjang malam.
  • Contoh dari Sahabat: Sahabat-sahabat Nabi seperti Umar bin Khattab RA juga melakukan iktikaf. Mereka mengikuti tuntunan Nabi dan mengisi waktu dengan ibadah penuh.

Para ulama juga memberikan panduan bagi orang yang ingin beriktikaf agar mengisi waktu iktikaf dengan ibadah yang maksimal dan tidak disibukkan oleh hal-hal duniawi.

 

إِنَّا أَنزَلْنَهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ، وَمَا اَدْريكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرُ مِنَ الْفِ شَهْرٍ .

 

Ayat yang Anda berikan adalah bagian dari Surah Al-Qadr (Q.S. Al-Qadr: 1-3). Berikut adalah tafsir dari ayat-ayat tersebut:

Teks Ayat

1.     إِنَّا أَنزَلْنَهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

o    "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar)."

2.     وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ

o    "Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?"

3.     لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

o    "Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan."

Tafsir Ayat

1.     إِنَّا أَنزَلْنَهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam kemuliaan):

o    Allah SWT menyatakan bahwa Al-Qur'an diturunkan pada malam Lailatul Qadar. Lailatul Qadar adalah malam yang sangat istimewa dan penuh berkah, yang terjadi di bulan Ramadan. Menurut banyak ulama, malam Lailatul Qadar adalah malam di mana Al-Qur'an diturunkan secara keseluruhan ke langit dunia, kemudian secara bertahap diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun.

o    Malam ini merupakan malam yang diberkahi, sebagaimana disebutkan juga dalam Surah Ad-Dukhan ayat 3, "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi."

2.     وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?):

o    Pada ayat ini, Allah SWT menunjukkan keagungan dan kemuliaan malam Lailatul Qadar dengan bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, "Tahukah kamu apa itu malam kemuliaan?" Pertanyaan ini bertujuan untuk menekankan betapa luar biasanya malam tersebut dan agar manusia menyadari nilai dan kedudukannya yang tinggi.

3.     لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan):

o    Ayat ini menjelaskan bahwa beribadah pada malam Lailatul Qadar lebih baik daripada beribadah selama seribu bulan. Seribu bulan setara dengan sekitar 83 tahun 4 bulan, atau hampir seumur hidup manusia. Artinya, pahala beribadah di malam ini sangat besar dan lebih utama daripada beribadah di waktu lain.

o    Ini menunjukkan rahmat Allah SWT yang besar, yang memberikan umat Nabi Muhammad SAW kesempatan untuk meraih pahala yang melimpah dalam waktu yang singkat. Maka dari itu, malam Lailatul Qadar sangat dinantikan oleh umat Muslim setiap tahunnya di bulan Ramadan, terutama di sepuluh malam terakhir, karena Allah SWT merahasiakan waktu pastinya agar umat Islam bersungguh-sungguh mencarinya.

Makna dan Hikmah Lailatul Qadar

1.     Keutamaan Beribadah di Malam Lailatul Qadar:

o    Pada malam Lailatul Qadar, segala amal kebaikan dan ibadah yang dilakukan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Dengan kata lain, ibadah di malam tersebut memiliki nilai yang luar biasa di sisi Allah SWT.

2.     Kedatangan Para Malaikat:

o    Malam Lailatul Qadar merupakan malam turunnya para malaikat, sebagaimana disebutkan dalam ayat selanjutnya di Surah Al-Qadr (ayat 4), “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.”

3.     Pengampunan Dosa:

o    Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Contoh Pengamalan

  • Menghidupkan Malam Lailatul Qadar:
    • Di sepuluh malam terakhir Ramadan, umat Muslim dianjurkan untuk meningkatkan ibadah seperti shalat malam, membaca Al-Qur'an, berzikir, dan berdoa. Rasulullah SAW biasanya melakukan iktikaf di masjid pada sepuluh hari terakhir Ramadan untuk menghidupkan malam-malam tersebut.

 

Pandangan Ulama

Menurut sebagian besar ulama, malam Lailatul Qadar jatuh di malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Pendapat ini didasarkan pada hadits Nabi SAW yang mengatakan:

"Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir Ramadan." (HR. Bukhari dan Muslim).

Malam Lailatul Qadar adalah kesempatan besar bagi umat Islam untuk meraih pahala yang melimpah dan rahmat Allah SWT, sehingga penting untuk berusaha sebaik mungkin dalam beribadah dan memohon ampunan serta ridha-Nya di malam yang penuh berkah ini.

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ كَانَ مُتَجَزِيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا لَيْلَة سَبْع وَعِشْرِينَ . رواه أحمد باسناد صحيح

 

Hadits ini diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang ingin mencari (Lailatul Qadar), hendaklah ia mencarinya pada malam dua puluh tujuh (27) Ramadan." (HR. Ahmad dengan sanad yang shahih).

 

Penjelasan Hadits

Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW memberi isyarat bahwa malam Lailatul Qadar kemungkinan besar jatuh pada malam ke-27 Ramadan. Namun, penting untuk diingat bahwa dalam beberapa riwayat lainnya, Nabi SAW juga menyebutkan malam-malam ganjil lainnya di sepuluh hari terakhir Ramadan, seperti malam ke-21, 23, 25, dan 29. Oleh karena itu, para ulama menyimpulkan bahwa waktu Lailatul Qadar adalah rahasia Allah dan tidak diketahui secara pasti kapan jatuhnya setiap tahun.

Para ulama menganjurkan umat Muslim untuk berusaha mencari malam Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan dengan meningkatkan ibadah seperti shalat malam, membaca Al-Qur'an, berdoa, berzikir, dan memperbanyak amal shaleh.

 

Hikmah dan Rahasia Tidak Ditetapkan Secara Pasti

Tidak ditetapkannya waktu pasti Lailatul Qadar memiliki beberapa hikmah, di antaranya:

1.     Memotivasi Umat untuk Menghidupkan Sepuluh Hari Terakhir Ramadan: Dengan ketidakpastian malam Lailatul Qadar, umat Muslim didorong untuk memperbanyak ibadah selama sepuluh hari terakhir, khususnya di malam-malam ganjil.

2.     Ujian Kesungguhan Iman: Allah SWT ingin menguji siapa yang benar-benar bersungguh-sungguh dalam mencari malam Lailatul Qadar dan beribadah dengan penuh ketekunan.

3.     Membiasakan Ibadah Rutin: Pencarian Lailatul Qadar dapat membiasakan umat Muslim untuk konsisten dalam beribadah, tidak hanya bergantung pada satu malam tertentu.

 

Keutamaan Malam Lailatul Qadar

Lailatul Qadar memiliki keutamaan yang luar biasa. Allah SWT menyebutkan dalam Al-Qur'an bahwa malam Lailatul Qadar lebih baik daripada seribu bulan, seperti dalam Surah Al-Qadr ayat 3:

"Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan."

Ini berarti ibadah yang dilakukan pada malam tersebut memiliki nilai pahala yang sangat besar, bahkan lebih baik dari ibadah selama 83 tahun 4 bulan.

 

Pandangan Para Ulama

Sebagian ulama, seperti Imam Syafi’i, menyatakan bahwa malam Lailatul Qadar sering jatuh pada malam ke-27 berdasarkan beberapa riwayat, termasuk hadits di atas. Namun, mayoritas ulama tetap berpendapat bahwa Lailatul Qadar berpindah-pindah setiap tahun dan dapat jatuh pada salah satu dari malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan.

 

Kesimpulan

Hadits ini mengingatkan umat Muslim akan pentingnya berusaha mencari malam Lailatul Qadar, terutama pada malam ke-27 Ramadan. Namun, mengingat berbagai riwayat lainnya, umat Muslim dianjurkan untuk menghidupkan seluruh malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan agar tidak melewatkan malam yang penuh berkah ini.

 

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : قُلْتُ يَارَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَي لَيْلَةِ لَيْلَةَ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قَوْلِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي رواه الخمسة غير أبي داود وصححه الترمذى

 

Hadits ini diriwayatkan dari Aisyah RA. Beliau bertanya kepada Rasulullah SAW:

"Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang sebaiknya aku ucapkan di dalamnya?" Beliau menjawab, "Katakanlah: Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai pemaafan, maka maafkanlah aku)." (HR. At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan lainnya)

 

Penjelasan Hadits

Hadits ini menunjukkan bahwa saat malam Lailatul Qadar, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk memperbanyak doa memohon ampunan kepada Allah SWT dengan mengucapkan doa tersebut. Doa ini mencerminkan bahwa permintaan ampunan dan maaf dari Allah adalah hal yang paling utama untuk dimohonkan, terutama di malam yang penuh berkah ini.

Dalam doa tersebut, kata 'Afuwwun (عَفُوٌّ) merujuk pada salah satu sifat Allah SWT yang berarti "Maha Pemaaf." Allah SWT tidak hanya mengampuni dosa, tetapi juga menghapusnya tanpa meninggalkan bekas, seolah-olah dosa tersebut tidak pernah terjadi. Sifat ini menunjukkan kebesaran rahmat Allah yang meliputi segala dosa, selama hamba-Nya benar-benar bertaubat dan memohon ampunan.

 

Keutamaan Doa Ini

1.     Kesederhanaan yang Bermakna: Doa ini sangat singkat dan sederhana, namun sarat makna. Di malam yang paling utama, Rasulullah SAW menganjurkan doa ini sebagai pengingat agar manusia senantiasa meminta ampunan kepada Allah, karena ampunan dan maaf dari Allah adalah hal yang paling dibutuhkan manusia.

2.     Pengakuan atas Kekurangan Diri: Dengan memohon ampunan, seorang hamba mengakui kelemahannya dan kebutuhannya kepada Allah. Doa ini mengajarkan sikap rendah hati dan tunduk kepada Allah SWT.

3.     Mendekatkan Diri kepada Allah: Dengan memperbanyak doa dan zikir di malam Lailatul Qadar, seseorang bisa mendapatkan kedekatan khusus dengan Allah dan mendapatkan berkah malam tersebut yang lebih baik dari seribu bulan.

 

Pandangan Ulama tentang Doa ini

Para ulama menyebutkan bahwa doa ini sangat dianjurkan diucapkan pada malam Lailatul Qadar, sebagai bentuk taubat dan permohonan ampun yang mendalam kepada Allah SWT. Doa ini juga mengandung pengharapan agar Allah SWT menghapuskan dosa-dosa dan menyucikan hamba-Nya dari segala kesalahan, sebagaimana Allah mencintai sifat pemaaf yang ditunjukkan oleh hamba-Nya.

 

Contoh Praktik

Pada malam-malam terakhir di bulan Ramadan, khususnya pada malam-malam ganjil, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dan berdzikir. Di sela-sela ibadah tersebut, umat Islam juga dianjurkan untuk terus membaca doa ini dengan penuh keikhlasan dan ketulusan hati, berharap Allah SWT menghapus dosa-dosa mereka.

Kesimpulan

Hadits ini mengajarkan bahwa pada malam Lailatul Qadar, hal terbaik yang bisa diminta oleh seorang hamba adalah ampunan dari Allah SWT. Doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW ini mengingatkan kita akan sifat Allah yang Maha Pengampun dan kasih sayang-Nya yang luas. Dengan mengamalkan doa ini, diharapkan kita mendapatkan berkah Lailatul Qadar serta ampunan yang sempurna dari Allah SWT.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SHALAT JAMAK DAN QASHAR

Qurban

Sujud Tilawah dan Sujud Syukur