Menghadirkan Rasa Tunduk Saat Menghadap Allah

 


1. Menghadap Sosok yang Dikagumi

  • Saat kita tahu akan bertemu dengan orang yang kita kagumi, misalnya seorang guru, pimpinan, atau tokoh yang sering kita dengar nasihatnya, tentu kita akan menyiapkan diri secara istimewa.

  • Persiapan itu berbeda dengan pertemuan biasa. Ada rasa kagum, hormat, dan takzim yang mendalam.

  • Bahkan dalam hal berpakaian pun kita pilih yang terbaik, paling halal, paling bersih, dan paling layak.

2. Lalu, Bagaimana dengan Allah?

  • Jika kepada manusia kita bisa menyiapkan diri sedemikian rupa, bagaimana dengan Allah?

  • Allah adalah Rabb: Pemberi segala kasih sayang, yang merawat, menyembuhkan, mengabulkan doa, memenuhi kebutuhan kita.

  • Maka saat akan menghadap Allah dalam salat, sudah seharusnya hati kita dipenuhi rasa takzim yang jauh lebih tinggi.

3. Makna Kata 'Rabb'

  • Kata Rabb bukan sekadar sebutan, tapi mengandung makna yang mendalam:

    • Perhatian.

    • Pemeliharaan.

    • Kasih sayang.

    • Komitmen sejak awal penciptaan.

  • Dalam Al-Qur'an kita mengulang kata "Rabbana" dalam banyak doa:

    "Rabbana ātinā fid-dunyā ḥasanah wa fil-ākhirati ḥasanah..."

4. Kesadaran dalam Salat

  • Ketika iqamah dikumandangkan, kalimat Allahu Akbar, Asyhadu an lā ilāha illāllāh, Asyhadu anna Muḥammadan Rasūlullāh—itu bukan hanya pengingat, tapi komitmen jiwa.

  • Surah Al-A'raf ayat 172 mengingatkan bahwa kita telah bersaksi di alam ruh tentang keesaan Allah:

    "Alastu birabbikum? Qālū balā syahidnā..."

5. Salat: Menghadap dengan Sepenuh Jiwa

  • Jika menghadap manusia saja kita bisa menangis karena kagum, bagaimana dengan Allah yang memberikan segalanya?

  • Dalam salat, kita seharusnya menghadirkan rasa:

    • Syukur atas nikmat yang telah diberikan.

    • Rasa malu karena banyak permintaan tapi sedikit syukur.

    • Kerinduan kepada Rasulullah ﷺ ketika mendengar syahadat.

  • Salat bukan beban, tapi rahmat untuk kebahagiaan kita.

6. Salat: Persiapan untuk Berpulang

  • Dalam Surah Al-Baqarah ayat 46:

    "...Wa annahum ilaihi rāji'ūn."
    Artinya: “...dan sesungguhnya mereka akan kembali kepada-Nya.”

  • Setiap salat bisa jadi adalah salat terakhir kita. Maka Rasulullah ﷺ bersabda:

    "Shallu ṣalāta muwadda'"
    Artinya: “Salatlah seperti salat perpisahan.”

  • Maka:

    • Wudhu dengan sempurna.

    • Pakai pakaian terbaik dan terhalal.

    • Menghadap kiblat dengan niat yang tulus.

    • Bertobat dan memohon ampun.

7. Salat: Titik Husnul Khatimah

  • Tidak ada keadaan yang lebih indah dalam berpulang ke hadirat Allah selain dalam kondisi salat, sujud, rukuk, atau berdzikir.

  • Salat menjadi salah satu momen terbaik untuk kembali kepada Allah dalam keadaan husnul khatimah.


Penutup: Hadirkan Jiwa dalam Salat

  • Ketika azan berkumandang, sadarlah: itu panggilan dari Allah melalui muadzin.

  • Jangan sekadar bergerak secara fisik, tapi gerakkan juga jiwa dan hati.

  • Tanyakan pada diri sendiri:

    • Bagaimana jika ini salat terakhirku?

    • Apakah aku sudah siap berpulang?

Rasakan salat dengan hati, bukan hanya pikirkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SHALAT JAMAK DAN QASHAR

Qurban

Sujud Tilawah dan Sujud Syukur