Salat Hari Raya

 

1. Pengertian Salat Sunat

  • Salat sunat adalah semua salat selain salat fardu (salat lima waktu).

  • Hukumnya ada yang sunat biasa dan ada yang sunat muakkad (sangat dianjurkan).


2. Salat Hari Raya

Dalam Islam, ada dua hari raya besar:

  1. Hari Raya Idul Fitri – dilaksanakan setiap tanggal 1 bulan Syawal.

  2. Hari Raya Idul Adha (Haji) – dilaksanakan setiap tanggal 10 bulan Zulhijjah.

🔑 Hukumnya: Sunat muakkad, karena Rasulullah ﷺ selalu melakukannya sepanjang hidup beliau.


3. Dalil Al-Qur’an

Allah ﷻ berfirman:

﴿ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ ۝ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ﴾
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah." (QS. Al-Kautsar: 1–2)

Ayat ini menjadi salah satu dasar anjuran mendirikan salat Id.


4. Dalil Hadis

Diriwayatkan dari Ibnu Umar:
"Rasulullah ﷺ, Abu Bakar, dan Umar pernah melakukan salat dua hari raya sebelum berkhutbah." (HR. Jamaah)

Hadis ini menunjukkan bahwa salat Id memang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan dilanjutkan oleh para sahabat.


5. Pelaksanaan Salat Hari Raya

  • Mulai diwajibkan pada tahun kedua Hijriah.

  • Dikerjakan 2 rakaat.

  • Waktu pelaksanaannya: setelah matahari terbit sampai tergelincir (menjelang Zuhur).

  • Rukun, syarat, dan sunatnya sama seperti salat lain, tetapi ada tambahan takbir (takbir tambahan di setiap rakaat).


Kesimpulan Pelajaran

  • Umat Islam memiliki dua hari raya: Idul Fitri dan Idul Adha.

  • Salat Id hukumnya sunat muakkad (sangat dianjurkan).

  • Dilaksanakan 2 rakaat, dengan tambahan takbir.

  • Dalilnya ada dalam Al-Qur’an (QS. Al-Kautsar) dan Hadis Nabi ﷺ.

  • Rasulullah ﷺ, Abu Bakar, dan Umar selalu melaksanakannya.

1. Jumlah Rakaat dan Waktu

  • Dari Ibnu Abbas ra. disebutkan:
    “Sesungguhnya Nabi ﷺ salat hari raya dua rakaat. Beliau tidak salat sebelum dan sesudahnya.”
    (HR. Bukhari & Muslim)

👉 Jadi, salat Id cukup 2 rakaat saja, dan tidak ada salat sunat qabliyah maupun ba’diyah khusus sebelum atau sesudahnya.


2. Anjuran Berkumpul

  • Semua orang dianjurkan berkumpul untuk melaksanakan salat Id, baik:

    • Orang yang menetap (mukim) maupun musafir.

    • Laki-laki maupun perempuan.

    • Tua maupun muda.

  • Bahkan perempuan yang sedang haid juga dianjurkan hadir untuk ikut mendengarkan khutbah, meskipun mereka tidak ikut salat.

📌 Hikmahnya: agar semua kaum muslimin bisa merasakan kebersamaan, syiar Islam, dan mendengarkan nasihat dari khutbah Id.


3. Hadis dari Ummu ‘Athiyah ra.

Beliau berkata:
“Rasulullah ﷺ menyuruh kami keluar pada Hari Raya Fitri dan Hari Raya Haji, supaya kami membawa gadis-gadis, perempuan yang sedang haid, dan hamba perempuan. Perempuan yang haid tidak mengerjakan salat, tetapi mereka tetap hadir untuk menyaksikan kebaikan dan doa kaum muslimin.”
(HR. Bukhari & Muslim)

👉 Artinya: semua dianjurkan hadir, tetapi yang haid cukup mendengarkan khutbah.


4. Tempat Salat Hari Raya

  • Yang paling utama, salat Id dilakukan di tanah lapang agar bisa menampung banyak orang dan menjadi syiar.

  • Namun jika ada halangan (misalnya hujan), salat boleh dilakukan di masjid.

  • Rasulullah ﷺ lebih sering melaksanakan salat Id di tanah lapang.


Kesimpulan Pelajaran

  1. Salat Id hanya 2 rakaat tanpa salat tambahan sebelum dan sesudahnya.

  2. Semua orang dianjurkan hadir: laki-laki, perempuan, tua, muda, bahkan perempuan haid (hanya mendengar khutbah).

  3. Tempat terbaik melaksanakan salat Id adalah di tanah lapang, untuk memperlihatkan syiar Islam dan kebersamaan umat.

1. Tempat Salat Hari Raya

  • Rasulullah ﷺ tidak pernah melaksanakan salat Id di masjid, kecuali satu kali ketika hujan, sehingga beliau melakukannya di masjid.

  • Biasanya salat Id dilakukan di tanah lapang agar menjadi syiar Islam dan bisa diikuti lebih banyak orang.

  • Namun sebagian ulama berpendapat salat di masjid juga baik, karena masjid adalah tempat yang mulia.


2. Tidak Ada Azan dan Iqamah

  • Salat Id berbeda dengan salat wajib.

  • Pada salat Id tidak ada azan dan tidak ada iqamah.

  • Yang disyariatkan hanyalah seruan:
    "As-shalātu jāmi‘ah" (Marilah salat berjamaah).

Dalil:

  • Jabir bin Samurah berkata:
    “Saya salat hari raya bersama Rasulullah ﷺ lebih dari sekali, beliau tidak azan dan tidak iqamah.” (HR. Ahmad & Muslim).

  • Dari Zuhri:
    “Sesungguhnya Rasulullah ﷺ pernah menyuruh tukang azan pada hari raya supaya mengucapkan ‘As-shalātu jāmi‘ah’.” (HR. Syafi‘i).


3. Sunnah dalam Salat Id

  1. Dilaksanakan berjamaah.

  2. Takbir tambahan:

    • Pada rakaat pertama: 7 kali takbir sesudah doa iftitah dan sebelum membaca al-Fatihah.

    • Pada rakaat kedua: 5 kali takbir sebelum membaca al-Fatihah.

  3. Mengangkat kedua tangan sejajar bahu setiap kali takbir.


Kesimpulan Pelajaran

  • Salat Id lebih utama di tanah lapang, kecuali ada halangan (hujan, dll.).

  • Tidak ada azan dan iqamah pada salat Id, hanya seruan “As-shalātu jāmi‘ah”.

  • Salat Id dikerjakan 2 rakaat dengan takbir tambahan.

  • Dilaksanakan berjamaah sebagai syiar Islam.

1. Jumlah Takbir dalam Salat Id

  • Dari Amr bin Syu’aib ra. disebutkan:
    “Sesungguhnya Nabi ﷺ bertakbir pada salat hari raya dua belas takbir: tujuh pada rakaat pertama dan lima pada rakaat kedua.”
    (HR. Ahmad & Ibnu Hibban)

👉 Jadi, total takbir tambahan dalam salat Id ada 12 kali (7 di rakaat pertama, 5 di rakaat kedua).


2. Bacaan di Antara Takbir

Disunnahkan membaca tasbih di sela-sela takbir:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

"Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah, Allah Mahabesar."


3. Surat yang Dibaca

  • Setelah Al-Fatihah, dianjurkan membaca:

    • Rakaat pertama: Surah Qāf (ق) atau Surah Al-A‘lā (الأعلى).

    • Rakaat kedua: Surah Al-Qamar (القمر) atau Surah Al-Ghāsyiyah (الغاشية).

👉 Hal ini sesuai kebiasaan Rasulullah ﷺ.


4. Hukum Bacaan

  • Bacaan dalam salat Id dikeraskan (jahr), seperti salat Jumat.


5. Khutbah Salat Id

  • Setelah salat Id, dilaksanakan khutbah dua kali, mirip khutbah Jumat.

  • Isi khutbah:

    • Hari Raya Idul Fitri → dianjurkan memberi penjelasan tentang zakat fitrah.

    • Hari Raya Idul Adha → dianjurkan memberi penjelasan tentang kurban.

  • Khutbah dimulai dengan pujian kepada Allah, bukan dengan takbir khusus (meski ada sebagian ulama yang memulai dengan takbir).


6. Adab pada Hari Raya

  • Disunahkan mandi sebelum salat Id.

  • Memakai pakaian yang bagus dan bersih sebagai bentuk penghormatan pada hari raya.


Kesimpulan Pelajaran

  1. Salat Id dilaksanakan 2 rakaat dengan 12 takbir tambahan (7 di rakaat pertama, 5 di rakaat kedua).

  2. Di sela takbir membaca tasbih, tahmid, tahlil, takbir.

  3. Bacaan surah yang dianjurkan: Qāf/Al-A‘lā di rakaat pertama, Al-Qamar/Al-Ghāsyiyah di rakaat kedua.

  4. Bacaan dikeraskan, khutbah 2 kali setelah salat, membahas zakat fitrah (Idul Fitri) atau kurban (Idul Adha).

  5. Sunnah pada hari raya: mandi, berhias, dan memakai pakaian terbaik.

1. Berhias pada Hari Raya

  • Dari Hasan bin Ali ra., beliau berkata:
    “Rasulullah ﷺ menyuruh kami pada hari raya supaya memakai pakaian sebaik-baiknya yang ada pada kami, memakai wangi-wangian terbaik yang ada pada kami, dan berkurban dengan hewan ternak yang paling gemuk yang ada pada kami.”
    (HR. Hakim & Ibnu Hibban)

👉 Artinya, pada hari raya disunnahkan untuk:

  • Memakai pakaian yang bagus dan bersih.

  • Memakai wewangian (bagi laki-laki).

  • Berkurban (khusus pada Idul Adha).


2. Makan Sebelum Salat Id

  • Pada Idul Fitri, disunnahkan makan terlebih dahulu sebelum pergi salat.
    Dalil: Dari Anas ra.,
    “Nabi ﷺ tidak pergi mengerjakan salat Idul Fitri sebelum beliau memakan beberapa butir kurma.”
    (HR. Ahmad & Bukhari)

  • Pada Idul Adha, disunnahkan tidak makan terlebih dahulu, melainkan setelah pulang dari salat Id dan memakan sebagian dari daging kurban.
    Dalil: Dari Buraidah ra.,
    “Nabi ﷺ tidak makan pada Hari Raya Haji (Idul Adha) hingga beliau kembali dari salat.”
    (HR. Tirmizi)


3. Pergi dan Pulang Lewat Jalan yang Berbeda

  • Sunnahnya, ketika pergi menuju tempat salat Id, Nabi ﷺ melewati satu jalan, dan ketika pulang melalui jalan lain.
    👉 Hal ini untuk memperluas syiar Islam, bertemu lebih banyak orang, dan menampakkan kebesaran hari raya.


4. Takbir Hari Raya

  • Idul Fitri:

    • Disunnahkan takbir sejak terbenam matahari pada malam Id (malam 1 Syawal) sampai imam memulai salat Id.

    • Takbir ini dinamakan takbir mutlaq, boleh dilakukan di masjid, rumah, pasar, jalan, malam maupun siang.

  • Idul Adha:

    • Disunnahkan takbir setelah salat fardu (baik salat ada’an maupun qada’) dari subuh hari Arafah (9 Zulhijjah) sampai ashar hari tasyrik terakhir (13 Zulhijjah).

    • Ini disebut takbir muqayyad (terikat dengan salat).


Kesimpulan Pelajaran

  1. Hari raya adalah momen untuk berhias, memakai pakaian terbaik, dan memakai wangi-wangian.

  2. Idul Fitri: sunnah makan dulu (dengan kurma atau lainnya) sebelum salat.
    Idul Adha: sunnah tidak makan hingga selesai salat dan menyembelih kurban.

  3. Sunnah melewati jalan berbeda saat pergi dan pulang dari salat Id.

  4. Sunnah memperbanyak takbir:

    • Idul Fitri: sejak malam Id sampai salat dimulai.

    • Idul Adha: sejak subuh 9 Zulhijjah sampai ashar 13 Zulhijjah.

Isi Utama Halaman

Halaman ini membahas takbir pada Hari Raya dan Hari Tasyrik (11, 12, 13 Zulhijjah).

  1. Takbir Muqayyad

    • Yaitu takbir yang dilakukan setelah salat wajib mulai dari salat Subuh pada hari Arafah (9 Zulhijjah) sampai salat Asar pada tanggal 13 Zulhijjah.

    • Dalilnya diambil dari ayat Al-Qur’an:

    وَلِتُكْمِلُوا ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ
    “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 185)

    Dan juga ayat:

    وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ فِيٓ أَيَّامٖ مَّعۡدُودَٰتٖ
    “Dan berzikirlah (dengan menyebut) nama Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (QS. Al-Baqarah: 203)

    Menurut Ibnu Abbas, yang dimaksud “beberapa hari yang berbilang” adalah hari-hari Tasyrik (11–13 Zulhijjah).


  1. Lafaz Takbir
    Dituliskan dalam teks Arab:

    اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ، اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ.

    Artinya:
    “Allah Maha Besar (3x). Tidak ada Tuhan yang sebenarnya melainkan Allah. Allah Maha Besar (2x). Segala puji bagi Allah. Allah Maha Besar dan Mahaagung. Pujian yang banyak itu bagi Allah semata. Mahasuci Allah pagi dan petang. Tidak ada Tuhan melainkan Allah semata. Dia menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, memuliakan pasukan-Nya, dan mengalahkan musuh-musuh dengan kekuasaan-Nya. Tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan kami tidak menyembah kecuali hanya kepada-Nya. Dengan ikhlas kami beragama kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir membencinya.”


Kesimpulan

  • Takbir Hari Raya ada dua:

    1. Takbir Mutlak → dilakukan kapan saja sejak malam Id sampai akhir hari Tasyrik.

    2. Takbir Muqayyad → khusus setelah salat wajib pada hari-hari Tasyrik.

  • Dalilnya dari QS. Al-Baqarah ayat 185 & 203.

  • Lafaz takbir disunnahkan dengan bacaan yang panjang (seperti di atas), bukan hanya “Allahu Akbar” pendek.

  • Hikmahnya: memperbesar syiar Allah, mengingat kebesaran-Nya, dan mensyukuri nikmat-Nya.


Salat Hari Raya Tanggal Dua Syawal

  • Waktu utama salat Idul Fitri adalah pada tanggal 1 Syawal, sejak matahari terbit sampai tergelincir (masuk waktu Zuhur).

  • Jika pada siang harinya baru diketahui bahwa hari itu sebenarnya sudah tanggal 1 Syawal (karena sebelumnya hilal tertutup dan dikira masih Ramadan), maka:

    • Waktu salat Id di hari itu sudah terlewat.

    • Salat Id boleh dilakukan pada hari berikutnya (tanggal 2 Syawal).

📖 Dalil Hadis:
Dari Umair bin Anas, para sahabat berkata:
"Kami tidak melihat hilal Syawal, maka pada siang harinya kami tetap berpuasa. Kemudian datanglah sekelompok orang yang bersaksi di hadapan Rasulullah ﷺ bahwa mereka telah melihat hilal pada malam sebelumnya. Rasulullah ﷺ pun menyuruh orang-orang agar berbuka pada hari itu, lalu beliau memerintahkan mereka untuk melaksanakan salat Id pada esok harinya."
(HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah, kecuali Tirmidzi)

Kesimpulan: Jika ternyata baru diketahui belakangan bahwa sudah masuk bulan Syawal, salat Id tetap bisa dilakukan, tapi digeser ke tanggal 2 Syawal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SHALAT JAMAK DAN QASHAR

Qurban

Sujud Tilawah dan Sujud Syukur